Penguatan Pemahaman Gender sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual Incest Di Kalangan Pelajar SMK Negeri 6 Kota Tangerang Selatan

  • Shinta Julianti
  • Nanda Namira Universitas Budi Luhur

Abstrak

Kasus kekerasan seksual dikalangan remaja masih banyak kerap terjadi. Remaja dalam konteks anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) dalam rentang usia 10-19 tahun memerlukan perhatian yang intensif. Terlebih banyak terjadi kekerasan seksual dalam lingkungan
keluarga. Padahal keluarga seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak, namun pada
kenyataanya dalam hal ini anak justru menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan seksual yang
terjadi di dalam lingkungan domestik di tengah-tengah keluarga termasuk kedalam kekerasan
seksual incest (hubungan sedarah) yang melibatkan orang terdekat. Hal ini menyebabkan korban
tidak berani melaporkan pelaku tersebut dikarenakan menjaga nama baik pelaku sebagai orang
terdekat, selain itu korban sering kali mendapatkan stigma buruk dan penyalahan (victim blaming). Penulis memandang perlu adanya penguatan pemahaman gender sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual incest di kalangan pelajar SMK Negeri 6 Kota Tangerang Selatan. Metode yang diberikan kepada siswa-siswa tersebut meliputi kegiatan ceramah, diskusi dan role play. Kegiatan ceramah diberikan oleh dosen, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Kegiatan role play dipandu oleh mahasiswa untuk mengedukasi seolah-olah bermain peran sebagai salah contoh tindakan kekerasan seksual. Sehingga dari kegiatan ini diharapkan siswa-siswi SMK Negeri 6 Kota Tangerang mempunyai penguatan pemahaman gender untuk mencegah dan sebagai bentuk perlindungan diri, bahkan bertindak mencari solusi bila kekerasan seksual tersebut terjadi di lingkungan mereka.

 


The prevalence of sexual violence among adolescents remains high. According to the World
Health Organisation (WHO), adolescents aged 10–19 years, sometimes referred to as teenagers,
necessitate significant levels of focused care within the educational setting. There is a higher
incidence of sexual violence in familial contexts. The family is commonly regarded as a secure
haven for children; nevertheless, regrettably, in this particular instance, children are subjected to the distressing experience of sexual violence. Incestuous sexual violence includes instances of sexual assault that transpire within a familial setting, involving individuals who share intimate kinship ties. This phenomenon results in the reluctance of victims to report the perpetrator due to concerns about maintaining their relationship with the individual in question. Additionally, victims frequently face negative social perceptions and the potential for blackmail. The act of attributing blame to the victim There is a recognized necessity to enhance gender comprehension to mitigate incestuous sexual violence among the student population of SMK State 6 City Tangerang South. The instructional strategies provided to the students encompass lectures, discussions, and role-play activities. The presenter gives the lectures, then there is a period of discussion and inquiry. Roleplay events are facilitated by students to provide educational experiences that simulate scenarios involving sexual violence while emphasizing that assuming such roles is a fictional representation. This exercise aims.

Diterbitkan
2024-06-10